Seni adalah suatu objek yang mempunyai arti dalam bentuk gambar, patung, dan lain lain yang memiliki unsur unsur seni dan keindahan.
Fotografi adalah seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Biasanya fotografi juga disebut alat untuk komunikasi atau penyampain pesan melalui gambar.
Ada persamaan antara fotografi dan seni lukis atau menggambar, namun perbedaannya terletak pada media yg dinggunakan.
Bila dalam seni lukis yang di pakai gambar menggunakan media warna, kuas, dan kanvas. Sedangankan dalam fotografi dengan menggunakan cahaya yg dihasilkan dari sebuah kamera.
Perkembangan Fotografi
Fotografi adalah seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Biasanya fotografi juga disebut alat untuk komunikasi atau penyampain pesan melalui gambar.
Ada persamaan antara fotografi dan seni lukis atau menggambar, namun perbedaannya terletak pada media yg dinggunakan.
Bila dalam seni lukis yang di pakai gambar menggunakan media warna, kuas, dan kanvas. Sedangankan dalam fotografi dengan menggunakan cahaya yg dihasilkan dari sebuah kamera.
Perkembangan Fotografi
Fotografi dimulai dengan ide dasar tentang pembuatan kamera yang telah ada sejak Abad ke-5 sebelum Masehi. Eksperimen tentang kamera dilakukan oleh seorang ilmuwan Irak (Arab) yang mengambil kesimpulan mengenai linearitas cahaya. Pantulan sebuah citra hanya akan tampak terproyeksikan hanya apabila melalui lubang yang kecil. Lilin disebelah kanan akan tampak ada disebelah kiri. Pengamatannya menjadi cikal bakal kamera obscura di abad ke 11 Sebelum Masehi. Kamera obscura ini tidak benar-benar merekam citra, karena penciptaan akan citra yang permanen akibat tercahayai oleh cahaya (film) belum ada sebelum tahun 1816. Kamera Obscura ini hanya memproyeksikan citra ke permukaan lain melalui lubang kecil yang digunakan untuk alat bantu dalam menggambar, Citra yang diproyeksikan pada permukaan tersebut juga tampak terbalik.
Kamera Obscura pertama menggunakan lubang kecil dan tenda untuk memproyeksikan gambar dari luar tenda ke dalam kedaerah yang gelap. Perlu waktu sampai abad ke-17 untuk meringkas kamera Obscura dari seukuran tenda yang besar menjadi cukup kecil dan portable serta penambahan lensa dan lainnya demi penyempurnaan citra yang tercipta.
A. Sebelum Masehi
1. Prinsip-prinsip dasar dari kamera lubang jarum terdapat dalam teks-teks Cina dari abad kelima SM. Berdasarkan pengalamannya penulis Cina tersebut mendapati bahwa cahaya bersinar menempuh jarak dalam garis lurus. Filsuf Mo Ti (kemudian Mo Tsu ) adalah orang yang pertama mengamati pembentukan gambar terbalik dengan lubang kecil. Mo Ti sadar bahwa benda-benda memantulkan cahaya ke segala arah dan bahwa pantulan sinar pada bagian atas sebuah objek ketika melewati lubang akan terproyeksikan pada bagian bawah, dengan kata lain citra benda akan tampak terbalik (Hammond 1981:1).
2. Di belahan bumi barat Aristoteles (abad keempat SM) Dalam Buku XV, 6, dia bertanya: “Mengapa ketika cahaya matahari menerobos melewati lubang yang berbentuk persegi panjang seperti barang anyaman, tidak menghasilkan bentuk persegi panjang pada hasil pantulannya tetapi lingkaran?” Dalam Buku XV,11, dia bertanya lagi: “Mengapa gerhana Matahari membentuk serupa sabit, jika dilihat melalui celah kotak-kotak maupun celah-celah tak beraturan wujudnya seperti celah dedaunan, sinar yang tampak tetap berbentuk sabit terproyeksikan diatas tanah? Apakah itu untuk alasan yang sama seperti ketika cahaya masuk melalui lubang persegi panjang, tetap akan keluar tampak melingkar seperti bentuk kerucut ?”. (Aristoteles 1936:333,341). Aristoteles tidak menemukan penjelasan yang memuaskan dan pertanyaannya tetap belum terpecahkan sampai abad ke-16 (Hammond 1981:5).
2. Di belahan bumi barat Aristoteles (abad keempat SM) Dalam Buku XV, 6, dia bertanya: “Mengapa ketika cahaya matahari menerobos melewati lubang yang berbentuk persegi panjang seperti barang anyaman, tidak menghasilkan bentuk persegi panjang pada hasil pantulannya tetapi lingkaran?” Dalam Buku XV,11, dia bertanya lagi: “Mengapa gerhana Matahari membentuk serupa sabit, jika dilihat melalui celah kotak-kotak maupun celah-celah tak beraturan wujudnya seperti celah dedaunan, sinar yang tampak tetap berbentuk sabit terproyeksikan diatas tanah? Apakah itu untuk alasan yang sama seperti ketika cahaya masuk melalui lubang persegi panjang, tetap akan keluar tampak melingkar seperti bentuk kerucut ?”. (Aristoteles 1936:333,341). Aristoteles tidak menemukan penjelasan yang memuaskan dan pertanyaannya tetap belum terpecahkan sampai abad ke-16 (Hammond 1981:5).
B. Masehi
Penemuan Camera Obscura
Camera (kamar) Obscura (gelap) yang berarti kamar gelap
1. Ibnu Al Haitam (Al Hazen), seorang cendekiawan Arab pada abad XI M menuliskan teori prinsip lensa yang mendukung teori Aristoteles diatas yang berkaitan dengan pembesaran menggunakan lensa cekung dan cembung dan cermin. Ia adalah orang yang pertama kali menemukan hubungan antara sumber cahaya, lensa dan gambar yang dihasilkan. Itulah sebabnya disebut sebagai “Al-Hazen Theorem”. Dia juga menjelaskan bagaimana mata bisa melihat. Ia berkata bahwa kita hanya bisa melihat ketika cahaya jatuh pada obyek itu lalu memantul ke mata kita.Karya-karyanya menjadi sumber buku Roger Bacon dan para pakar pengetahuan barat lainnya.
Ibnu Al Haitam (Al Hazen)
2. Leonardo da Vinci, pada akhir abad ke 15 mencoba menguraikan secara terperinci tentang kamar gelap/ camera obscura ini. Dengan alat ini gejala Matahari seperti gerhana dapat diamati.
3. Cesare Cesarino, salah satu murid Leonardo da vinci pada tahun 1521 menjelaskan prinsip dasar camera obscura dalam pengantar tulisan Vitruvius yang berjudul ‘De Architektura’.
4. Girolamo Cardano, seorang dokter dari kota Milan dalam bukunya De Subtilitate tahun 1550 melengkapi camera obscura dengan menambahkan lensa biconvex atau lensa yang dikedua sisinya cembung pada lubang aperture guna memberikan citra yang lebih terang dan jelas.
5. Giovani Battista della porta, pada tahun 1558 dalam bukunya Magiae Naturalis menulis secara lengkap penjelasan kamera obscura yang direkomendasikan sebagai “An aid in drawing” atau alat bantu menggambar.
6. Danielo Barbaro, seorang terpandang dari kota venesia Italia, dalam bukunya ‘La Pratica della perspettiva’ pada tahun 1568 menyatakan bahwa dengan merubah berbagai ukuran bukaan diafragma pada kemera obscura akan mempengaruhi ketajaman citra. Pada eksperimennya dia menggunakan lensa sederhana untuk mempertajam proyeksi bayangangan yang masuk melalui lubang. Walaupun hasilnya belum sempurna namun pada tahun inilah menandai digunakannya diafragma pada lensa dalam perkembangan camera obscura.
7. Egnatio Danti, seorang ahli matematika dari Florence, dlm bukunya ‘La prospettiva di Euclide’ pada tahun 1573 menyumbang perubahan penting dalam camera obscura dengan menambahkan cermin concave untuk menormalkan citra yang terbalik (to redress the hitherto inverted image).
8. Daniel Schwenter, 1636, seorang professor matematika dari universitas Altdorf, Jerman dalam bukunya ‘Deliciae physico mathematicae’ menjelaskan secara detail tentang penggunaan system lensa yang berdasarkan pada tiga jarak focus yang berbeda. Dia juga meletakkan dasar-dasar penggunaan lensa bundar pada penciptaan foto panorama.
9. Johan Zahn, 1685-1686, seorang pendeta di Warzburg membuat berbagai ilustrasi dari berbagai macam tipe box camera obscura yang cukup portable yang dapat dibawa kemana-mana yang dijelaskan dalam bukunya oculus artificialis teledioptricus. Kamera Zhan ini tingginya 9 inci dan panjangnya dua kaki terbuat dari kayu. Kamera ini tidak saja dilengkapi dengan lensa yang dapat dimaju mundurkan saja untuk mencari ketajaman gambar namun juga dilengkapi dengan diafragma serta kaca pantul untuk melihat/mengontrol tangkapan lensa dari luar kotak. Alat ciptaan Zahn ini sebetulnya sangat identik dengan cara kerja kamera refleks lensa tunggal yang dipakai saat ini.
6. Danielo Barbaro, seorang terpandang dari kota venesia Italia, dalam bukunya ‘La Pratica della perspettiva’ pada tahun 1568 menyatakan bahwa dengan merubah berbagai ukuran bukaan diafragma pada kemera obscura akan mempengaruhi ketajaman citra. Pada eksperimennya dia menggunakan lensa sederhana untuk mempertajam proyeksi bayangangan yang masuk melalui lubang. Walaupun hasilnya belum sempurna namun pada tahun inilah menandai digunakannya diafragma pada lensa dalam perkembangan camera obscura.
7. Egnatio Danti, seorang ahli matematika dari Florence, dlm bukunya ‘La prospettiva di Euclide’ pada tahun 1573 menyumbang perubahan penting dalam camera obscura dengan menambahkan cermin concave untuk menormalkan citra yang terbalik (to redress the hitherto inverted image).
8. Daniel Schwenter, 1636, seorang professor matematika dari universitas Altdorf, Jerman dalam bukunya ‘Deliciae physico mathematicae’ menjelaskan secara detail tentang penggunaan system lensa yang berdasarkan pada tiga jarak focus yang berbeda. Dia juga meletakkan dasar-dasar penggunaan lensa bundar pada penciptaan foto panorama.
9. Johan Zahn, 1685-1686, seorang pendeta di Warzburg membuat berbagai ilustrasi dari berbagai macam tipe box camera obscura yang cukup portable yang dapat dibawa kemana-mana yang dijelaskan dalam bukunya oculus artificialis teledioptricus. Kamera Zhan ini tingginya 9 inci dan panjangnya dua kaki terbuat dari kayu. Kamera ini tidak saja dilengkapi dengan lensa yang dapat dimaju mundurkan saja untuk mencari ketajaman gambar namun juga dilengkapi dengan diafragma serta kaca pantul untuk melihat/mengontrol tangkapan lensa dari luar kotak. Alat ciptaan Zahn ini sebetulnya sangat identik dengan cara kerja kamera refleks lensa tunggal yang dipakai saat ini.
Sumber : aliaabidin13.blogspot.com/2011/07/perkembangan-fotografi.html
Sejarah Fotografi
FOTOGRAFI kini berkembang dan mempengaruhi hampir segala aspek kehidupan manusia. Pengaruhnya paling banyak terasa pada perkembangan media massa. Jika pada awal munculnya media massa hanya berisikan tulisan-tulisan,sekarang hampir seluruh media massa khususnya cetak dihiasi oleh foto. Berita tak hanya dapat tersampaikan dari sebuah tulisan,fotopun dapat menyampaikan sebuah berita.
Tak hanya penerapannya,teknologi fotografi juga berkembang pesat. Dalam Bab ini akan dibahas lebih lanjut perkembangan teknologi fotografi dari awal konsep fotografi itu sendiri ditemukan.
Jika melihat peristiwanya,fotografi sendiri sudah ditemukan pada sekitar tahun 1000 M. Dikatakan Al Hazen-lah yang pertama kali menemukan konsep dari fotografi. Pelajar berkebangsaan arab ini menulis bahwa citra dapat dibentuk dari sebuah cahaya yang melewati sebuah lubang kecil. Pada sekitar 400 tahun kemudian,Leonardo Da Vinci menulis fenomena yang sama. Berdasarkan penemuan Da Vinci,Battista Delta Porta mempublikasikan sebuah buku yang membahas tentang Camera Obscura. Istilah ini diambil dari bahasa latin yaitu camera yang berarti kamar dan obscura yang artinya gelap. Melalui karyanya itu ia dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera.
Pada awal abad ke-17 muncul sebuah penemuan menarik. Jika pada awal penemuannya lebih pada konsep fotografi yaitu proyeksi sebuah image atau citra,pada awal abad ke-17 ini ditemukan cara untuk merekam citra tersebut. Angelo Sala,seorang ilmuwan Italia,menemukan bahwa jika serbuk perak nitrat terkena cahaya maka warnanya akan berubah menjadi hitam. Namun masalah yang dihadapi Angelo adalah meskipun dapat merekam gambar dengan menggunakan serbuk itu,gambar yang terekam tidak bertahan lama. Dan beberapa tahun berikutnya Johann Heinrich Schuize dan Thomas Hedgwood juga melakukan percobaan yang sama namun dengan hasil yang kurang memuaskan pula. Bahkan percobaan yang dilakukan oleh Schuize sendiri tidak berhubungan dengan bidang fotografi karena ia merupakan Profesor farmasi dari sebuah universitas di Jerman.
Dan kemudian pada sekitar tahun 1824,Joseph Nieephore Niepee menemukan sesuatu yang kemudian menjadi awal ditemukannya teknologi fotografi modern. Melalui proses heliogravure,Joseph berhasil membuat gambar yang bisa disebut foto. Heliogravure adalah sebuah proses yang mirip dengan lithograf yang menggunakan bahan sejenis aspal sebagai bahan dasarnya. Dan pada tahun 1829,Joseph bekerja sama dengan Louis Jacques Mande Daguerre yang merupakan seorang pelukis. Namun itu tidak bertahan lama karena Joseph meninggal pada tahun 1833. Sebenarnya sebelum bekerja sama dengan Daguerre,Joseph sendiri telah menghasilkan foto pertama yang berjudul View From Window at Gras yang disimpan di University of Texas di Austin,USA.
Namun teknologi yang dikembangan oleh Joseph sendiri belum bisa diterima oleh masyarakat umum karena pelat yang digunakan harus disinari selama beberapa jam. Sepeninggalan Joseph,Daguerre bekerja sendiri selama enam tahun dan berhasil mempublikasikan temuannya ke seluruh dunia. Dengan bantuan seorang ilmuwan Daguerre berhasil menemukan teknologi yang dapat menghasilkan foto-foto permanen yang disebut Daguerretype yang tidak dapat diperbanyak. Teknologi ini sekarang lebih dikenal sebagai teknik cetak positif.
Dan pada 25 januari 1839,hanya beberapa hari setelah Daguerre menemukan teknik cetak positif,William Henry Fox Talbot menemukan teknologi yang sekarang dikenal sebagai contactprint. Teknologi ini memungkinkan sebuah foto untuk diperbanyak. Pada satu tahun kemudian,Talbot menemukan teknologi calotype yang sekarang dikenal dengan teknik cetak negatif.
Pada tahun 1850,seorang ahli kimia Inggris yaitu Robert Bingham memperkenalkan teknologi Wet-Plate Photography. Dan kemudian diikuti dengan pengembangan roll film. Dan pada tahun 1888,George Eastman berhasil mengembangkan teknologi kamera yang dapat dibawa kemana-mana dengan leluasa karena bentuknya lebih kecil. Kamera ini diberi nama KODAK yang merupakan sebuah kamera box kecil dan ringan pertama yang berisikan roll film.
Pada masa Daguerre dan Talbot timbul polemik tentang siapa yang sebenarnya yang lebih dulu menemukan teknologi peletakan plat/kertas pada camera obscura. Namun seperti yang telah disebutkan sebelumnya,ternyata ada perbedaan signifikan yang terletak pada penemuan keduanya. Daguerre yang hasil penelitiannya disebut Daguerretype lebih mirip pada teknik cetak positif sekarang. Sedangkan penelitian Calotype milik Talbot,lebih pada teknik cetak negative.
Perkembangan teknologi fotografi kemudian merambah ke bidang kesehatan. Pada tahun 1901,Conrad Rontgen berhasil mengembangkan teknologi fotografi sinar X untuk pemotretan tembus pandang. Karena kontribusinya dibidang kesehatan,Rontgen kemudian mendapatkan hadiah nobel bidang kesehatan. Dan peralatan pemotretan itu kemudian dinamai dengan nama belakangnya.
Pengembangan pemanfaatan cahaya buatan untuk kegiatan fotografi seperti yang dikembangkan oleh Rotgen,juga dilakukan oleh Dr. Harold Edgerton. Dibantu oleh Gjon Mili,Ia menemukan lampu yang bisa menyala mati dalam hitungan sepersekian detik. Teknologi ini sekarang dikenal dengan sebutan lampu flash (blits).
Pemanfaatan teknologi inframerah dalam fotografi juga banyak membantu dalam penelitian. Kabut yang semula tidak dapat ditembus cahaya,kini dapat ditembus dengan menggunakan teknologi inframerah. Sehingga pemotretan didaerah yang banyak diselimuti kabut menggunakan teknologi ini.
Dikatakan bahwa perkembangan fotografi semakin pesat,seiring masuknya fotografi dalam dunia jurnalistik cetak. Pada mulanya sebuah foto hanya dapat disalin melalui lukisan tangan. Surat kabar pertama yang memuat gambar adalah The Daily Graphic pada 16 April 1877. Gambar yang dimuat adalah gambar sebuah peristiwa kebakaran.
Dan kemudian foto pengeboran minyak Shantytown karya Henry J. Newton adalah foto pertama yang dimuat oleh media cetak. Foto ini dimuat di surat kabar New York Daily Graphic di Amerika pada 4 Maret 1880.
Era digital bisa dikatakan dimulai pada tahun 1990 pada saat Kodak meluncurkan kamera digital pertama yaitu DSC 100. Sejak itulah kamera digital mulai dikembangkan oleh banyak produsen kamera. Sebenarnya teknologi rekam tanpa film sendiri sudah dimulai oleh perusahaan elektronik Sony pada tahun1981 melalui produknya Sony Mavica. Akan tetapi kamera tersebut masih menggunakan televisi sebagai alat preview sehingga belum bisa dikatakan sebagai kamera digital.
Pada awal perkembangan teknologi fotografi digital,kamera yang dihasilkan belum layak pakai. Ini karena resolusi pada kamera digital tersebut masih dibawah 1 megapiksel. Sedangkan untuk mencetak foto seukuran majalah dibutuhkan resolusi minimal 2 megapiksel. Dan masalah inipun dipecahkan dengan diproduksinya Fuji-Nikon E-2. Kamera hasil kerjasama produsen Fuji dan Nikon ini memiliki resolusi 1,3 megapiksel.
Namun masalah lain muncul. Kamera ini memiliki kekurangan di kapasitas media penyimpanan yang sangat terbatas. Tetapi sekarang masalah ini sudah teratasi. Perkembangan media penyimpanan dan resolusi kamera semakin pesat. Media penyimpanan makin tak terbatas dan resolusi kamera pun semakin besar,dan kemudian membuat perkembangan teknologi kamera digital semakin tak terbatas.
Sebagian besar pengguna kamera telah meninggalkan teknologi film dan beralih ke digital. Ini karena penggunaan kamera digital lebih mudah,murah,instan dan tidak menghabiskan banyak space penyimpanan. Akan tetapi,sebagian juga masih setia dengan teknologi film karena masih senang dengan warna foto yang dihasilkan.
Lantas kapan sebenarnya muncul istilah fotografi? Ternyata istilah itu muncul jauh setelah teknologinya ditemukan yaitu pada tahun 1839. Ini adalah tahun dimana terjadinya polemik antara temuan Daguerre dan Talbot. Seorang ilmuwan Inggris,Sir John Herchell adalah yang mengemukakan istilah ini. Fotografi berasal dari bahasa yunani yaitu photos yang berarti cahaya dan graphos yang berarti menulis/melukis.
Sejarah Fotografi Dunia
Dari Mo Ti hingga Mendur Bersaudara
Kalau anak kecil minta diajarkan cara menggunakan kamera digital, pasti dalam beberapa menit Anda bisa membuatnya anteng menjeprat-jepret obyek yang dia incar. Tapi bagaimana kalau dia minta diceritakan tentang cara pembuatan kamera digital? Hmm, tulisan ini mungkin bisa membantu Anda.
Dalam buku “The History of Photography” karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang lelaki berkebangsaan Cina bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala fotografi. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu pemandangan yang ada di luar akan terefleksikan secara terbalik lewat lubang tadi.
Selang beberapa abad kemudian, banyak ilmuwan menyadari serta mengagumi fenomena pinhole tadi. Bahkan pada abad ke-3 SM, Aristoteles mencoba menjabarkan fenomena pinhole tadi dengan segala ide yang ia miliki, lalu memperkenalkannya kepada kyalayak ramai. Aristoteles merentangkan kulit yang diberi lubang kecil, lalu digelar di atas tanah dan memberinya jarak untuk menangkap bayangan matahari. Dalam eksperimennya itu, cahaya dapat menembus dan memantul di atas tanah sehingga gerhana matahari dapat diamati. Khalayak pun dibuat terperangah.
Selanjutnya, pada abad ke-10 Masehi, seorang ilmuwan muslim asal Irak yang bernama Ibnu Al-Haitham juga menemukan prinsip kerja kamera seperti yang ditemukan Mo Ti. Ia pun mulai meneliti berbagai ragam fenomena cahaya, termasuk sistem penglihatan manusia. Lalu, Haitham bersama muridnya, Kamal ad-Din, untuk pertama kali memperkenalkan fenomena obscura kepada orang-orang di sekelilingnya. Waktu itu, obscura yang ia maksud adalah sebuah ruangan tertutup yang di salah satu sisinya terdapat sebuah lubang kecil sehingga seberkas cahaya dapat masuk dan membuat bayangan dari benda-benda yang ada di depannya. Tak heran, pada abad ke-11 M, orang-orang Arab sudah memakainya sebagai hiburan dengan menjadikan tenda mereka sebagai kamera obscura.
Kemudian kamera obscura mulai diteliti lagi oleh Leonardo da Vinci, seorang pelukis dan ilmuwan, pada akhir abad ke-15. Ia menggambar rincian sistem kerja alat yang menjadi asal muasal kata "kamera" itu dan mulai menyempurnakannya. Pada mulanya kamera ini tidak begitu diminati karena cahaya yang masuk amat sedikit, sehingga bayangan yang terbentuk pun samar-samar. Penggunaan kamera ini baru populer setelah lensa ditemukan pada tahun 1550. Dengan lensa pada kamera ini, maka cahaya yang masuk ke kamera dapat diperbanyak, dan gambar dapat dipusatkan sehingga menjadi lebih sempurna.
Pada tahun 1575, para ilmuwan berhasil membuat kamera portable yang pertama. Tapi kamera buatan yang sangat kuno ini tetap hanya bisa digunakan untuk menggambar. Lalu pada tahun 1680 lahir kamera refleks pertama yang penggunaannya juga masih untuk menggambar, tapi sudah memiliki sedikit kemajuan. Tapi, lantaran bahan baku untuk mengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa belum ditemukan, maka kamera ini juga masih dipakai untuk mempermudah proses penggambaran benda.
Joseph Nicephore Niepce
Sejarah penemuan film baru dimulai pada tahun 1826. Joseph Nicephore Niepce, seorang veteran Perancis, bereksperimen menggunakan kamera obscura dan plat logam yang dilapisi bahan aspal untuk mengabadikan gambar sebuah obyek. Setelah 8 jam mengekspos pemandangan dari jendela kamarnya melalui proses “Heliogravure”, ia berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur dan mempertahankan gambar secara permanen. Keberhasilannya itu dianggap sebagai awal dari sejarah fotografi. Gambar yang dibuat oleh Niepce itu diberi judul “View from The Window at Le Gras” dan menjadi foto pertama yang pernah ada di dunia.
Kalau nama Niepce tercatat sebagai fotografer pertama yang mengabadikan sebuah gambar, Louis J.M. Daguerre adalah orang yang pertama kali membuat foto yang di dalamnya terdapat sosok manusia. Pada foto yang diambil dari jarak jauh di tahun 1839 itu, tampak seseorang lelaki sedang berdiri dan mengangkat salah satu kaki saat sepatunya sedang dibersihkan oleh orang lain di pinggir sebuah jalan raya. Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin, lalu disinari selama satu setengah jam dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut “daguerreotype”. Untuk membuat gambar permanen, pelat itu dicuci dengan larutan garam dapur dan air suling.
Percobaan-demi percobaan terus berlanjut, sampai akhirnya William Henry Talbott dari Inggris pada 25 Januari 1839 memperkenalkan “lukisan fotografi” yang juga menggunakan kamera obscura, tapi ia membuat foto positifnya pada sehelai kertas chlorida perak. Kemudian, pada tahun yang sama Talbot menemukan cikal bakal film negatif modern yang terbuat dari lembar kertas beremulsi, yang bisa digunakan untuk mencetak foto dengan cara “contact print”. Teknik ini juga bisa digunakan untuk cetak ulang layaknya film negatif modern. Proses ini disebut Calotype yang kemudian dikembangkan menjadi Talbotypes. Untuk menghasilkan gambar positif, Talbot menggunakan proses Saltprint. Gambar dengan film negatif pertama yang dibuat Talbot pada Agustus 1835 adalah pemandangan pintu perpustakaan di rumahnya di Hacock Abbey, Wiltshire, Inggris.
Penemuan-penemuan teknologi pun semakin bermunculan seiring dengan masuknya fotografi ke dunia jurnalistik. Tapi, lantaran orang-orang jurnalistik belum bisa memasukkan foto ke dalam proses cetak, mereka menyalin foto yang ada dengan menggambarnya memakai tangan. Surat kabar pertama yang memuat gambar dengan teknik ini adalah The Daily Graphic, yakni pada 16 April 1877. Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah sebuah peristiwa kebakaran.
Kemudian, ditemukanlah proses cetak “half tone” pada tahun 1880 yang memungkinkan foto dimasukkan ke dalam surat kabar. Foto paling pertama yang ada di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat kabar “New York Daily Graphic” di Amerika Serikat pada tanggal 4 Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J Newton.
Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha bernama George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis. Saat itu, dunia fotografi sudah mengenal perbaikan lensa, shutter, film, dan kertas foto. Penemuan-penemuan tersebut telah mempermudah orang mengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa dan mereproduksinya. Dengan demikian, para fotografer, baik amatir maupun profesional, bisa menghasilkan suatu karya seni tinggi tanpa terhalang oleh keterbatasan teknologi.
Pada Tahun 1900 seorang juru gambar telah menciptakan kamera Mammoth. Ukuran kamera ini amat besar. Beratnya 1,400 pon, sedangkan lensanya memiliki berat 500 pon. Untuk mengoperasikan atau memindahkannya, sang fotografer membutuhkan bantuan 15 orang. Kamera ini menggunakan film sebesar 4,5 x 8 kaki dan membutuhkan bahan kimia sebanyak 10 galon ketika memprosesnya.
Orang paling pertama yang ada di foto sejak kamera dibuat.
Lalu, pada tahun 1950, pemakaian prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR) mulai ramai. Dan di tahun yang sama, Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan memproduksi kamera NIKON. Di tahun 1972, kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land mulai dipasarkan. Kamera Polaroid ini mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.
Kemajuan teknologi turut memacu fotografi dengan sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
Sejarah Fotografi di Indonesia
Perkembangan fotografi di Indonesia selalu berkaitan dan mengalir bersama momentum sosial-politik perjalanan bangsa ini, mulai dari momentum perubahan kebijakan politik kolonial, revolusi kemerdekaan, ledakan ekonomi di awal 1980-an, sampai Reformasi 1998.
Pada tahun 1841, seorang pegawai kesehatan Belanda bernama Juriaan Munich mendapat perintah dari Kementerian Kolonial untuk mendarat di Batavia dengan membawa dauguerreotype. Munich diberi tugas mengabadikan tanaman-tanaman serta kondisi alam yang ada di Indonesia sebagai cara untuk mendapatkan informasi seputar kondisi alam. Sejak saat itu, kamera menjadi bagian dari teknologi modern yang dipakai Pemerintah Belanda untuk menjalankan kebijakan barunya. Penguasaan dan kontrol terhadap tanah jajahan tidak lagi dilakukan dengan membangun benteng pertahanan atau penempatan pasukan dan meriam, melainkan dengan cara menguasai teknologi transportasi dan komunikasi modern. Dalam kerangka ini, fotografi menjalankan fungsinya lewat pekerja administratif kolonial, pegawai pengadilan, opsir militer, dan misionaris.
Latar itulah yang menjelaskan mengapa selama 100 tahun keberadaan fotografi di Indonesia (1841-1941) penguasaan alat ini secara eksklusif ada di tangan orang Eropa, sedikit orang Cina, dan Jepang. Berdasarkan survei dan hasil riset di studio foto-foto komersial di Hindia Belanda tentang foto-foto yang ada sejak tahun 1850 hingga 1940, dari 540 studio foto di 75 kota besar dan kecil, terdapat 315 nama orang Eropa, 186 orang Cina, 45 orang Jepang, dan hanya empat orang lokal Indonesia, salah satunya adalah Kasian Cephas.
Kasian Cephas adalah warga lokal asli. Ia dilahirkan pada tanggal 15 Februari 1844 di Yogyakarta. Cephas sebenarnya adalah asli pribumi yang kemudian diangkat sebagai anak oleh pasangan Adrianus Schalk dan Eta philipina Kreeft, lalu disekolahkan ke Belanda. Cephas-lah yang pertama kali mengenalkan dunia fotografi ke Indonesia. Meski demikian, literatur-literatur sejarah Indonesia sangat jarang menyebut namanya sebagai pribumi pertama yang berkarir sebagai fotografer profesional. Nama Kassian Cephas mulai terlacak dengan karya fotografi tertuanya buatan tahun 1875.
Dibutuhkan waktu hampir seratus tahun bagi bangsa ini untuk benar-benar mengenal dunia fotografi. Masuknya Jepang pada tahun 1942 telah menciptakan kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menyerap teknologi ini. Demi kebutuhan propagandanya, Jepang mulai melatih orang Indonesia menjadi fotografer untuk bekerja di kantor berita mereka, Domei. Pada saat itulah muncul nama Mendur Bersaudara. Merekalah yang membentuk imaji baru tentang bangsa Indonesia.
Lewat fotografi, Mendur bersaudara berusaha menggiring mental bangsa ini menjadi bermental sama tinggi dan sederajat. Frans Mendur bersama kakaknya, Alex Mendur, juga menjadi icon bagi dunia fotografer nasional. Mereka kerap merekam peristiwa-peristiwa penting bagi negeri ini, salah satunya adalah mengabadikan detik-detik pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Inilah momentum ketika fotografi benar-benar "sampai" ke Indonesia, ketika kamera berpindah tangan dan orang Indonesia mulai merepresentasikan dirinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar